Cara Counter Hero Tank Tebal dengan Build Alternatif – Halo, teman tangorecordings!
Kalau kamu pernah menghadapi hero tank super tebal yang seakan tidak mati-mati meskipun sudah dipukuli habis-habisan, kamu pasti tahu betapa frustrasinya situasi itu. Damage dealer sudah kerja keras, crowd control sudah dikeluarkan, tapi bar HP mereka hampir tidak bergerak. Di titik inilah pemain sering bertanya: “Harus pakai build apa supaya tank cepat tumbang?”
Kebanyakan orang hanya mengandalkan build standar anti-tank, tapi build alternatif sering kali lebih efektif tergantung situasi, komposisi tim, dan gaya main. Mari kita bedah secara kritis bagaimana sebenarnya cara menghancurkan tank tebal secara efisien—tanpa sekadar mengikuti rekomendasi item default.
Kesalahan Umum dalam Melawan Tank Tebal
Ada beberapa asumsi yang sering membuat pemain gagal menghadapi tank:
- “Tank itu hanya menang dari ketebalan HP-nya.”
Padahal banyak tank kuat bukan karena HP, tapi karena sustain, regen, atau damage reduction. - “Cukup pakai item penetrasi, selesai.”
Ini setengah benar. Penetrasi membantu, tapi jika tank punya stacking defense atau heal besar, penetrasi saja tidak menembus semuanya. - “Assassin otomatis counter tank.”
Dalam praktiknya, assassin sering kalah karena tank punya crowd control panjang dan sustain yang membuat burst assassin tidak cukup mematikan.
Pemain yang terlalu mengandalkan asumsi seperti ini sering tidak sadar bahwa tank memiliki mekanisme bertahan hidup yang jauh lebih kompleks daripada sekadar tebal.
1. Identifikasi Jenis Ketebalan Tank, Jangan Asal Serang
Sebelum memilih build alternatif, kamu perlu tahu jenis ketahanan apa yang dimiliki tank tersebut:
Tipe 1: Tank Armor Tebal
- Kelemahan: magic burst, true damage, shred.
Tipe 2: Tank Magic Resist Tinggi
- Kelemahan: physical shred, sustained DPS.
Tipe 3: Tank Regen / Lifesteal / Shield Besar
- Kelemahan: anti-heal dan burst konsisten.
Tipe 4: Tank Damage Reduction / Mitigation
- Kelemahan: true damage dan debuff pengurang defense.
Analisis kritis:
Banyak pemain langsung beli item penetrasi tanpa menyesuaikan jenis ketahanan tank. Akibatnya, build mereka terasa “tidak menembus,” padahal masalahnya salah baca tipe defense.
2. Gunakan Build Shred, Bukan Sekadar Penetrasi
Penetrasi hanya menurunkan sebagian nilai armor/magic resist lawan.
Sementara shred benar-benar mengurangi stat mereka, membuat tank jauh lebih rapuh selama team fight.
Contoh efek shred dalam game umumnya:
- Penurunan armor berdasarkan persentase.
- Kemampuan atau item yang mengurangi magic resist musuh.
- Debuff area yang melemahkan pertahanan tank.
Kapan lebih efektif dari penetrasi biasa?
- Ketika tank memiliki armor/magic resist sangat tinggi.
- Saat bermain dalam tim yang memiliki banyak DPS aoe.
- Ketika team fight berlangsung panjang.
Perspektif alternatif:
Shred memang kuat, tapi kalau timmu tidak bisa follow-up, efeknya tidak maksimal. Ini bukan solusi individual—ini alat tim.
3. Build Anti-Heal adalah Keharusan, Bukan Pilihan
Tank modern sering memiliki regen, lifesteal, shield, atau healing besar.
Jika kamu tidak membawa anti-heal, mereka merasa seperti “mengisi ulang HP di tengah team fight.”
Efektivitas anti-heal terbesar:
- Mengurangi efek heal atau regen hingga 50%–75%.
- Melemahkan shield scaling tertentu.
- Memotong sustain yang membuat tank bertahan lama.
Kontra-argumen:
Beberapa pemain merasa anti-heal hanya berguna melawan fighter atau healer. Padahal tank dengan regen juga sangat butuh di-counter. Mengabaikan anti-heal berarti kamu memberikan tank “kehidupan kedua” sepanjang fight.
4. True Damage—Solusi Paling Stabil Jika Tank Terlalu Tebal
Ketika armor dan resist terlalu tinggi hingga penetrasi dan shred tidak cukup, true damage adalah alternatif yang paling konsisten.
Kelebihannya:
- Tidak dipengaruhi armor atau resist.
- Efektif pada tank slow-moving yang mudah terkena skill berkali-kali.
- Baik untuk hero dengan DPS konstan (marksman, bruiser).
Kapan kurang efektif?
- Jika hero kamu burst, bukan DPS.
- Jika tank memiliki damage reduction yang memotong nilai true damage tertentu.
Uji logika:
Tidak semua true damage “menghilangkan masalah”. Beberapa tank dengan reduction pasif masih bisa bertahan lama. Jadi penting juga mengevaluasi scaling damage kamu.
5. Gunakan Build Burst Berkali-kali, Bukan Burst Sekali Hantam
Banyak pemain mengira bahwa cara membunuh tank adalah burst besar dalam satu momen. Padahal tank dirancang untuk mengalami burst tanpa mati.
Yang lebih efektif justru burst ritmis:
Contohnya:
- Skill cooldown pendek dengan damage tinggi.
- Item yang memberikan burst berlapis (seperti ledakan tambahan).
- Damage stacking yang memuncak setelah 2–3 hit.
Mengapa ini lebih efektif?
- Tank sulit menahan burst bertahap.
- Mereka tidak bisa selalu mengaktifkan damage reduction untuk tiap burst.
- Heal mereka sering tidak cukup cepat menutup burst bertubi-tubi.
Perspektif alternatif:
Metode ini tidak cocok untuk hero sangat lambat atau terlalu dependent pada satu combo. Evaluasi dulu kompatibilitas hero-mu.
6. Build Attack Speed + On-Hit Effect untuk DPS Berkelanjutan
Tank paling lemah terhadap DPS konstan dengan efek tambahan per serangan.
Efek on-hit yang paling menyiksa tank:
- % HP damage
- Armor shred otomatis
- Magic damage tambahan tiap hit
- True damage stacking
- Burn damage
Keuntungan strategi ini:
- Semakin tebal tank, semakin sakit damage-nya.
- Cocok untuk marksman atau fighter yang bermain mid-late game.
- Mengecilkan pengaruh item defense tank.
Kontra-argumen:
Attack speed build sangat lemah terhadap crowd control. Jika tank punya banyak CC, kamu tetap butuh positioning sempurna.
7. Build Disintegrator Tank—Melemahkan Mereka Tanpa Membunuh Langsung
Ini build alternatif yang sering dilupakan: melemahkan fungsi tank, bukan membunuhnya.
Efek khas:
- Mengurangi armor/magic resist tank.
- Mengurangi max HP lawan setiap hit.
- Mengurangi healing dan shielding.
- Mengurangi damage reduction.
- Menghilangkan buff pertahanan sementara.
Build jenis ini tidak langsung membunuh tank, tapi membuat mereka tidak lagi menjadi “tembok” yang menakutkan. Dalam team fight, tank kehilangan kapasitas frontline.
Kelemahan:
- Kamu butuh tim yang bisa memanfaatkan kelemahan tank.
- Build ini tidak selalu memberikan damage tertinggi.
8. Counter Perilaku Tank, Bukan Hanya Statistiknya
Tank sering terlihat kuat bukan karena build mereka, tetapi karena posisi dan timing yang baik. Kamu bisa counter tanpa mengubah build sepenuhnya.
Teknik non-item yang memperkuat build alternatifmu:
- Fokus memukul tank ketika skill sustain mereka cooldown.
- Gabungkan poke damage sebelum team fight dimulai.
- Paksa mereka bertarung di area sempit jika kamu punya burst AoE.
- Abaikan tank dan langsung fokus backline mereka jika memungkinkan.
Uji asumsi pemain:
Banyak pemain merasa tank harus dibunuh dulu. Tidak selalu. Kadang membiarkan tank hidup tapi tak berfungsi jauh lebih efisien.
9. Build Adaptif—Pilihan Item yang Berubah Sesuai Match
Salah satu kualitas pemain tingkat tinggi adalah kemampuan membaca kondisi dan mengganti build sesuai kebutuhan.
Setidaknya evaluasi hal ini saat menentukan build alternatif:
- Seberapa aktif tank menciptakan engage?
- Apakah regen mereka menjadi masalah utama?
- Apakah damage reduction atau shield mereka terlalu besar?
- Apakah timmu kekurangan DPS?
- Apakah mobilitas tank rendah sehingga on-hit or shred cocok?
Build terbaik bukanlah template—melainkan hasil observasi.
Kesimpulan
Menghadapi hero tank tebal bukan soal damage besar semata, melainkan soal memahami mekanisme pertahanan mereka. Build alternatif menjadi kunci ketika item standar tidak cukup. Mulai dari shred, anti-heal, true damage, on-hit, burst berlapis, hingga item disintegrator—semuanya punya tempat tergantung kondisi fight.
Kuncinya adalah membaca tipe ketahanan tank, menganalisis gaya permainan, dan memilih kombinasi item yang melemahkan fungsi mereka secara efektif. Bila dilakukan dengan benar, tank tidak lagi menjadi raksasa tak tertembus, melainkan hanya pion besar yang mudah dipatahkan.
Semoga strategi ini membantu kamu menumbangkan tank tebal lebih konsisten. Sampai bertemu di artikel berikutnya, teman pemain!

Leave a Reply